BATAM, TRIBUNBATAM.id - Hingar bingar kegiatan pariwisata di salah satu pulau di Kota Batam, Mubut Darat, telah mulai terbentuk sejak 6 tahun lalu.
Dari hanya menerima belasan pengunjung sepekannya, kini tempat wisata Pulau Mubut Darat setidaknya puluhan orang dalam sehari.
Kunjungan wisatawan terutama paling banyak di akhir pekan dan juga hari-hari libur.
Nama tempat wisata Pulau Mubut Darat sudah terkenal di kalangan warga Kota Batam.
Namun, tak banyak orang yang tahu bagaimana perjuangan berdirinya tempat wisata tersebut hingga seperti sekarang ini.
Wisata Pulau Mubut Darat didirikan dan dikelola oleh penduduk setempat pulau itu sendiri.
Dulunya, pulau ini hanyalah area hutan yang banyak ditumbuhi pohon-pohon kelapa dan mangrove (bakau).
Penduduk asli pulau kebanyakan mencari rezeki dengan berkebun atau menjala.
Sebagian besar pemudanya adalah para nelayan yang hasil-hasil tangkapannya kerap dijual di Batam.
"Kebanyakan dari kami nelayan, sampai sekarang pun masih menjadi nelayan," ujar salah seorang penduduk Pulau Mubut Darat, Atan.
Pria paruh baya bernama Atan ini adalah salah satu perintis berdirinya tempat wisata di pulau tersebut.
Wisata Pulau Mubut Darat didirikan sejak tahun 2015 dengan berbekal hasil keuntungannya berjualan ikan.
Ia lahir dan dibesarkan sejak kecil di Pulau Mubut Darat dan sudah malang melintang berprofesi sebagai nelayan.
Pernah suatu kali, pulau ini dikunjungi oleh sekelompok wisatawan, meski kondisinya belum sebersih saat ini.
Selain itu, Pulau Mubut Darat juga pernah dijadikan lokasi berkemah oleh sekitar 300 personel Brimob.
Cukup banyaknya orang dari kota yang penasaran terhadap Pulau Mubut Darat itu lah yang mengilhami Atan untuk menjadikan pulau ini sebagai tempat wisata.
"Awalnya kami cuma berusaha menjamu pendatang seadanya saja. Tapi akhirnya saya lihat di sini ada potensi, jadinya terus kami kembangkan menjadi tempat wisata," ujar Atan.
Ketika pertama kali dibuka, fasilitas di tempat wisata Pulau Mubut Darat masih jauh dari kata layak.
Belum terdapat bangunan-bangunan pondok atau pun gazebo yang bisa digunakan wisatawan untuk berteduh.
Sepanjang bibir pantai pulau ini hanya terdapat ribuan pohon-pohon kelapa. Ketika hujan, Atan dan penduduk sekitar yang mengelola pulau ini, hanya dapat menyediakan gelaran tikar dan terpal sebagai tempat wisatawan mengaso.
Pernah juga suatu kali, karena jumlah wisatawan cukup banyak, alhasil rumah milik Atan pun dipergunakan untuk menampung para wisatawan tersebut, sementara ia dan keluarganya mencari tempat berteduh lain.
"Dulu di sini memang sama sekali tak ada apa-apa. Bahkan air bersih pun tidak ada," kenang Atan.
Ibaratnya, ingin membuat secangkir kopi pun tidak bisa karena ketersediaan air bersih sangat minim di Pulau Mubut Darat kala itu. Untuk memenuhi persediaan, penduduk pulau biasanya membeli air dari pulau lain di sekitar Mubut, atau dari Batam.
Jika ada kunjungan wisatawan, Atan akan meminta karyawannya untuk menjemput air dari Batam dengan menggunakan perahu.
Diketahui jarak antara Pulau Mubut Darat dengan Pulau Galang, Batam, hanya berjarak 15 menit. Namun, mengangkut bergalon-galon air ternyata tidak bisa dilakukan sekali jalan, terlebih jika permintaan air sangat banyak.
Pernah suatu kali, karyawan Atan mengangkut 500 galon air dalam sehari, bolak-balik menggunakan perahu dari Mubut Darat ke Sembulang.
"Sampai nangis karyawan saya, 500 galon air itu tidak sedikit, dan mereka harus mengangkut dari Batam ke Mubut berkali-kali," ujar Atan. Minimnya ketersediaan air bersih membuat Atan tidak memperoleh dukungan dari penduduk pulau untuk membuka tempat wisata.
Ketika masa-masa awal membuka tempat wisata ini, dia sempat dicemooh dan disangkakan akan gagal. Tetapi Atan terus memcoba berbagai kemungkinan. Bersama keluarganya, dan juga penduduk pulau lainnya ia pun mencangkul lahan di Pulau Mubut Darat untuk dibangun sumur air bersih.
Dan pada akhirnya, sumur itu pun berhasil dibuat, sehingga kini pengelola wisata tidak perlu bolak-balik membeli air di luar pulau. Sekarang, air bersih sampai bergalon-galon pun sudah tersedia di tempat wisata Pulau Mubut Darat ini.
Demikian pula halnya dengan ketersediaan listrik yang diadakan dengan menggunakan genset bertenaga diesel. Selain itu, lokasi wisata pantai juga terus menerus dibersihkan dan dibangun pondok-pondok tempat wisatawan dapat bersantai.
Atan mengaku, untuk membersihkan bibir pantai saja ia dan penduduk pulau menghabiskan waktu 3 bulan lamanya. "Sampai jadi sekarang ini perjuangannya sangat melelahkan. Tetapi saya terus mencoba karena mendapat dukungan dari pengunjung-pengunjung dari Batam yang tertarik dengan keindahan Pulau Mubut Darat ini," tambah Atan.
Berkembangnya tempat wisata Pulau Mubut Darat bukannya tanpa halangan. Ketika pandemi Covid-19 melanda, tempat wisata ini sempat tutup hingga 2 tahun lamanya atas imbauan dari pemerintah daerah. Hal ini menjadi pukulan tersendiri bagi para pengelola wisata yang merupakan penduduk asli pulau. Alhasil salah satu sumber pemasukan mereka menjadi terhenti.
Namun Atan mengaku ia hanya berusaha menjalankan aturan pemerintah agar pandemi di Batam tidak semakin menjadi-jadi. Untuk menutupi kebutuhan hidup sehari-hari, Atan dan penduduk pulau tetap melaut. Hasil tangkapannya yang paling menghasilkan adalah ikan teri yang banyak tersebar di sekitar pulau. Ikan teri ini sudah terkenal dipasarkan di Batam sebagai Ikan Teri Barelang yang sangat lezat.
Dari usaha ini, Atan bisa memproleh uang sampai Rp 5 juta sehari jika sedang untung, dan paling banyak pernah juga mencapai Rp 25 juta sehari. Keuntungan itu sebagiannya ia sisihlan untuk membangun tempat wisata Pulau Mubut Darat yang dirintisnya tersebut.
Kemudian, setelah menunggu selama hampir dua tahun itu, akhirnya pada momen lebaran haji, Juli 2021 lalu, tempat wisata Pulau Mubut Darat dibuka kembali. Hingga kini, kunjungan wisatawan lokal di Pulau Mubut Darat masih berlangsung terus menerus, meski di tengah cuaca buruk.
Atan berharap, semakin banyak orang mengenal tempat wisata Pulau Mubut Darat ini sehingga dapat terus berkembang dan semakin memberikan kenyamanan bagi para pengunjung. "Kami terus mengembangkan wisata ini, sebab kami percaya dengan potensinya. Ke depannya saya ingin memperbaiki fasilitas-fasilitas yang ada terlebih dulu, seperti dermaga, pondokan dan lain sebagainya," harap Atan. (TRIBUNBATAM.id/Hening Sekar Utami)